Home » News

BMT BUS Bangun Ekonomi Kota Garam

Bupati Rembang Abdul Hafidz memuji kiprah KSPPS BMT BUS yang berperan aktif dalam membangun ekonomi Kota Garam. Peran itu bisa dijadikan contoh bagi koperasi lain agar tak hanya menarik iuran dari anggotanya.

Hal itu disampaikan Hafidz dalam pembukaan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) BMT Bina Ummat Sejahtera (BUS) Tahun Buku 2017. RAT itu digelar kemarin di aula kantor pusat, Jalan Untung Suropati nomor 16, Lasem.

Di Kabupaten Rembang, semula ada sekitar 500 koperasi. Namun pemkab harus menghapus kira-kira 200 koperasi lebih karena tidak ada semangat membangun ekonomi di Rembang. Mereka hanya menarik dana dari para anggotanya.

Sehingga sampai saat ini ada sekitar 300 koperasi yang dinilai sehat dan punya semangat membangun ekonomi. Salah satunya, BMT BUS yang turut membangun ekonomi Rembang. Kiprah itu patut dicontoh oleh koperasi lainnya.

“Ini menunjukkan kalau BMT BUS kondisinya sangat sehat. Saya apresiasi kiprah BMT BUS selama ini,” jelasnya.

Hal senada diungkapkan oleh perwakilan Deputi Kelembagaan Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan UKM Aldrinsyah Halim. KSPPS BMT BUS mengalami peningkatan dari berbagai aspek.

Seperti jumlah anggota yang pada 2016 sebanyak 182.736 orang, naik 65,7 persen pada 2017. Sehingga hingga akhir tahun kemarin total anggota mencapai 302.828 orang. “Ini prestasi yang diraih KSPPS BMT BUS dari sisi jumlah anggota. Belum lagi aset yang pada 2017 naik 12,3 persen dari tahun sebelumnya,” jelasnya.

Ketua Pengurus KSPPS BMT BUS Abdullah Yazid menambahkan, tantangan yang harus dihadapi saat ini adalah membangun kesejahteraan dengan cepat dan merata. Ada dua hal yang menjadi fokus BMT BUS.

Yakni menggerakkan ekonomi mikro dan meningkatkannya agar lebih besar. Di sisi lain, BMT BUS juga sudah siap menghadapi tuntutan zaman di era digital. “Kami masuk ke ranah IT untuk digitalisasi. Lembaga ini kami tata sesuai tuntutan zaman,” ungkapnya.

Di tempat yang sama, pedagang kayu asal Sleman, Jogjakarta bernama Sarmanto meraih juara I dalam BUS Award 2017. Dia akhirnya bisa mewujudkan keinginannya ke tanah suci setelah mendapat hadiah umrah dari penghargaan tersebut.

Selain menggelar RAT Tahun Buku 2017,  KSPPS BMT BUS juga memberikan penghargaan kepada para anggotanya. Setelah melewati serangkaian penilaian, ada enam anggota yang masuk enam besar.

Mereka itulah yang diberi penghargaan saat pembukaan RAT kemarin. Juara I diraih oleh pengusaha kayu asal Sleman, Yogyakarta bernama Sarmanto. Dia tak menyangka kalau mendapat penghargaan tersebut.

Namun pria yang sudah delapan tahun menjadi anggota ini sangat bersyukur. Keinginannya untuk pergi beribadah ke tanah suci tak lama lagi terwujud. Dia mendapat hadiah umrah dari penghargaan tersebut.

“Senang sekali dapat hadiah umrah. Sudah lama saya punya cita-cita ingin ke Makkah dan Madinah, tapi belum bisa terwujud,” ungkapnya.

Selain memberi penghargaan ke anggotanya sendiri, BMT BUS juga memberikan asuransi hidup bagi 1.000 dhuafa dan tali asih bagi 100 nadzir masjid. Penerima asuransi itu nantinya premi setiap tahun dibayar oleh BMT BUS.

Ada beberapa faslitasi yang didapat bagi penerima asuransi itu. Diantaranya, santunan meninggal dunia karena sakit sebesar Rp 2,5 juta. Kemudian santunan meninggal dunia karena kecelakaan dan cacat permanen karena kecelakaan, masing-masing Rp 5 juta. Lalu biaya pemakaman Rp 1 juta.

Jika sakit dan harus dirawat di rumah sakit, biayanya juga ditanggung oleh asuransi itu. Besarannya, Rp 100 ribu untuk rawat inap di rumah sakit maksimal 10 hari. Baik karena sakit biasa ataupun kecelakaan.

Kusnadi, salah satu penerima tali asih mengaku sangat senang. Dengan adanya asuransi itu bisa meringankan bebannya. Misalnya kalau sakit dan dirawat di rumah sakit biayanya sudah ditanggung asuransi.

“Buanget senenge. Saya kerjanya jualan air kajar dan penghasilan tidak menentu, kalau dapat bantuan seperti ini ya senang,” ungkap warga Desa Gedomgmulyo, Lasem ini.

Sumber : https://radarkudus.jawapos.com/read/2018/03/16/57577/bmt-bus-bangun-ekonomi-kota-garam